Di tengah kosongnya kultur museum, ada seorang yang dengan teguh menjadi kolektor karya seni rupa, kemudian mewujudkan passion-nya menjadi sebuah museum. Seorang itu adalah Dokter Oei Hong Djien (OHD) dengan OHD Museum, yang tegak berdiri di kota Magelang, Jawa Tengah. OHD Museum berkembang menjadi salah satu ikon seni rupa Indonesia. Menjalani pilihan sebagai kolektor itu saja, memerlukan energi yang luar biasa, karena OHD menciptakan dan menjalani prosedur yang lengkap dan rigid; dimulai dari tertarik pada karya, kemudian mengenal senimannya, mengerti riwayat proses kreatifnya, cocok dalam percakapan, dan akhirnya terjalin komunikasi yang baik. Bahkan sering terjadi, OHD sangat mengenal sang seniman dengan baik, tetapi tidak tertarik mengoleksi karyanya. Artinya, OHD akan mendistribusikan waktu dan perhatiannya kepada para seniman, di manapun mereka berada, untuk dikunjungi dan menjalin silaturahmi.
Ketika OHD memutuskan membangun museum pada tahun 1997, energi, juga dana, yang dibutuhkan berlipat ganda. Kini museum yang bertetenger OHD Museum, pada 2017 menapak ke usia 20 tahun. Sebuah pencapaian yang istimewa. OHD dan OHD Museum berkontribusi menggerakkan seni rupa Indonesia menjadi lebih hidup, karena menjadi parameter kualitas karya, menciptakan pasar yang riuh, dan menumbuhkan para kolektor muda. Cara OHD mengoleksi, terutama karya-karya perupa muda, juga memengaruhi pembentukan mental dan karakter yang kuat. Dua dekade adalah waktu yang tak pendek untuk proses belajar bersama; antara OHD dengan para perupa dan masyarakat. Artefak demi artefak karya seni rupa terkumpul. Artinya, di OHD Museum tersimpan narasi sejarah kreatif, juga sejarah bangsa, di balik artefak-artefak itu.
Sepanjang 20 tahun perjalanan OHD Museum akan ditandai dengan pameran seni rupa karya-karya para perupa yang dikoleksi sejak (minimal) 20 tahun lalu. Sebagian karya koleksi yang belum pernah (belum sering) dipamerkan dalam konteks tertentu. Kali ini karya-karya itu yang sengaja dihadirkan untuk khalayak luas dengan argumentasi, bahwa karya-karya tersebut menjadi saksi atas dua hal. Pertama, saksi atas pertumbuhan dan perkembangan OHD Museum dengan segenap liku-likunya. Kedua, saksi atas pertumbuhan dan perkembangan perupa yang bersangkutan dengan segenap kesulitan dan suka citanya.
Kami memilih karya dari 24 perupa, kemudian perupa yang bersangkutan kami undang untuk membuat karya baru. Pada pameran nanti, dua karya dari seniman yang sama, akan dipajang berdampingan. Satu karya berusia 20 tahun – baik ketika digubah, maupun ketika menjadi koleksi OHD Museum; dari satu karya lainnya adalah karya 20 tahun kemudian. Presentasi semacam ini langsung menyasar empat hal; Pertama, dapat digunakan untuk melihat perkembangan selera artistik dan estetik OHD sebagai pemilik museum, melihat ‘ketajaman’ matanya, dan perkembangan relasi yang dibangun. Kedua, dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan OHD Museum di tengah kosongnya kultur museum di Indonesia. Ketiga, dapat digunakan untuk melihat perkembangan pemikiran dan penciptaan perupa yang bersangkutan; mandeg, mundur, atau melesat maju. Tentu saja ini terkait dengan upaya ‘menguji’ ketajaman mata, selera artistik, dan estetik OHD, terkait dengan “pilihan pertama” dulu. Keempat, melalui koleksi yang dipamerkan tersebut dapat dijadikan titik pijak untuk mendiskusikan peran kolektor, institusi museum, dalam konstelasi seni rupa Indonesia, juga seni rupa dunia.
Suwarno Wisetrotomo
Kurator
OHD Museum is a modern and contemporary art museum owned by dr Oei Hong Djien (OHD). As a well-known art collector, curator, honorary-advisor to Singapore Art Museum, dr Oei Hong Djien started his collections in early 1970s.
Currently, with a vast collection of more than 2000 artworks, ranging from paintings, sculptures, installations and ceramics from different time periods, OHD Museum is located on Jalan Jenggolo 14, in the city of Magelang Central Java – Indonesia.