Mata Air Bangsa: Persembahan Untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif

 

Pameran Seni Rupa

MATA AIR BANGSA

Persembahan Untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif


Tempat:

OHD Musem, Jl. Jenggolo 14 Magelang, Jawa Tengah.

Pembukaan:

Sabtu, 30 Juli 2022, waktu 16.00 WIB oleh Yang Mulia Uskup Agung Semarang Mgr. Dr. Robertus Rubiyatmoko.

Waktu Pameran:

31 Juli – 28 November 2022

Kurator:

Dr. Suwarno Wisetrotomo


Peserta Pameran:

Lintas usia/generasi, agama, etnik. Memadukan karya-karya baru dari peserta undangan (K.H. Mustofa Bisri/Gus Mus, Aurora Santika, Agus TBR, Bambang Herras, Butet Kartaredjasa, Chandra Rosselinni, Diah Yulianti, Djoko Pekik, F. Sigit Santoso, G. Djoko Susilo, Galam Zulkifli, Goenawan Mohamad, Jitet Kustana, Jumaldi Alfi, Laila Tifah, Laksmi Shitaresmi, Mahdi Abdullah, Nano Warsono, Nasirun, Pupuk DP, Putu Sutawijaya, Ugo Untoro, Yaksa Agus) dengan sejumlah karya koleksi OHD Museum (Affandi, Dede Eri Supria, Entang Wiharso, Hendra Gunawan, Heri Dono, Kartono Yudhokusumo, Lee Man Fong, S. Sudjojono, Srihadi Soedarsono, Widayat).


Pameran seni rupa kali ini secara khusus didedikasikan untuk dua orang Guru Bangsa: K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Prof. Dr. Syafii Maarif (Buya Syafii), yang melahirkan tajuk MATA AIR BANGSA – Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif. Pameran ini bermula dari sejumlah pertemuan dan percakapan dengan Gus Mus, Dr. Oei Hong Djien, Djoko Susilo, Alfi, Nasirun, dan saya, merespon artikel Buya Syafii Maarif "Pesan untuk Muhammadiyah dan NU* di harian Kompas tanggal 5 Januari 2021. Topik percakapan sangat cair, antara lain soal situasi sosial yang selalu beririsan dengan politik, soal seni rupa, utamanya lukisan, kini dan nanti; soal peran negara dan swasta terhadap kesenian; apa yang bisa diperankan oleh seniman; tentu diselingi gurau.

Ujung percakapan, semacam kesepakatan, seni rupa harus ambil peran, sekecil apa pun, untuk menyuarakan harapan di tengah sengkarut persoalan. Maka jadilah ide, pameran seni rupa. Sebelumnya, pada 2018, dengan awal yang sama, reriungan dan makan siang, jadilah peristiwa pameran bertajuk Manusia dan Kemanusiaan di OHD Museum. Ide berikutnya adalah pameran yang berisi pesan, “bagaimana menyuarakan keteladanan dari sosok dan tokoh tertentu”. Pameran direncanakan dibuka pada 19 Agustus 2021. Karena sergapan virus pandemic Covid-19 dan variannya, maka terpaksa memundurkan pelaksanaan pameran. Ketika situasi pandemic mulai landau, kami mulai membicarakan untuk melaksanakan rencana pameran. Namun, peristiwa mengejutkan terjadi: Buya Syafii dipanggil pulang oleh Allah SWT, pada hari Jumat, 27 Mei 2022, dalam usia 86 tahun.

Terasa benar ada yang rumpang. Seperti halnya ketika 13 tahun lampau Gus Dur meninggalkan kita semua. Pada Rabu, 30 Desember 2009, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berpulang pada usia 69 tahun karena sakit. Sang pemberani dan pembela mereka yang teraniaya secara sosial, politik, agama, dan sejenisnya, tidak lagi berada di tengah warga bangsa. Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga bangsa Indonesia kehilangan sosok Guru Bangsa yang mendedikasikan penuh hidupnya untuk persatuan, kesatuan, kerukunan berbangsa dan bernegara.

Perasaan rumpang itu, juga atas saran Gus Mus (K.H. A. Mustofa Bisri), pameran ini didedikasikan untuk dua orang Guru Bangsa yang sudah berpulang. Pameran ini akhirnya bertajuk “MATA AIR BANGSA – Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii”; suatu “perayaan” terhadap “kehadiran” dua sosok penting dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara, Gus Dur dan Buya Syafii. Ya, kedua sosok ini memang selayaknya terus hadir dan dihadirkan. Pameran ini salah satu upayanya.

Hasrat pameran ini, sesederhana dan sesubyektif apa pun, ikhtiar untuk menyuarakan keteladanan; mengolah pokok soal spesifik bagi dua sosok “mata air bangsa”: Gus Dur dan Buya Syafii. Karya-karya digubah dengan tafsir, demi memperkaya sekaligus ‘mengganggu’ penonton dalam memahami dan menempatkan tema sebagai pijakan untuk mengolah ikhwal “mata air” bagi bangsa ini.

Para perupa dalam pameran ini, dengan cara masing-masing mewujudkan semangat “mewarisi apinya, bukan abunya”, sekaligus merayakan 25 tahun OHD Museum. Pameran temporer “dalam rangka” – seperti kali ini, “persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii” – dilengkapi oleh karya-karya koleksi OHD Museum yang memiliki sejarah panjang sekaligus bertautan dengan tema dan karya-karya baru. Hal demikian ini sebagai peneguh, bahwa setiap karya memiliki potensi profetik, sekaligus konteks yang baru. Setiap karya seni juga berpotensi menyentuh, menggugah, dan menggerakkan siapa pun untuk mengambil bagian dalam proyek kemanusiaan dan kebangsaan.

EXHIBITION ON-VIEW




OHD Museum

OHD Museum is a modern and contemporary art museum owned by dr Oei Hong Djien (OHD). As a well-known art collector, curator, honorary-advisor to Singapore Art Museum, dr Oei Hong Djien started his collections in early 1970s.

Currently, with a vast collection of more than 2000 artworks, ranging from paintings, sculptures, installations and ceramics from different time periods, OHD Museum is located on Jalan Jenggolo 14, in the city of Magelang Central Java – Indonesia.



Books

By: