OHD Museum bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation akan mengadakan pameran bertajuk “SAPIENS FREE” yang akan diresmikan tanggal 28 Mei 2016 dan berlangsung hingga 28 Oktober 2016.
Istilah Sapiens Free diambil dari bebas Homo sapiens. Pameran ini merupakan antithesis pameran sebelumnya yang bertajuk “ The People in 70 Years”. Pameran terakhir yang dikuratori Jim Supangkat dan juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation mengangkat cerita manusia dalam kurun waktu 70 tahun Indonesia merdeka. Pameran sekarang membebaskan dunia dari manusia. Apakah mungkin? Bagi seniman hal-hal yang tak mungkin bisa dibuat terjadi dalam imajinasinya. Seniman hebat mempunyai daya khayal hebat.
Manusia yang diciptakan oleh Tuhan dengan sifat-sifat unggul yang tak dimiliki mahluk atau ciptaan Tuhan lainnya ternyata malah mengecewakan dalam tingkah lakunya terhadap ciptaan Tuhan lainnya yang ada di planet bumi. Homo sapiens (Manusia modern) yang menurut teori evolusi yang dianut sekarang mulai muncul di Afrika 200.000 tahun yang lalu. 100.000 tahun yang lalu Homo sapiens bergerak ke Asia dan Eropa lalu ke Australia dan Selandia Baru. Di bagian-bagian bumi yang dimasuki mereka memusnakan species manusia lain seperti Neanderthals dan Homo erectus, serta mega-fauna dan lain-lain.
Sifat serakah manusia masih berlanjut hingga sekarang. Apa yang bisa diperebutkan menjadi rebutan maka permusuhan, perkelahian, peperangan dan pembunuhan masih terjadi di mana-mana, korupsi tetap merajalela, sepertinya dunia ini tak akan pernah damai selama masih ada manusia. Dalam pameran ini dunia ingin bebas sejenak dari manusia.
Ide pameran SAPIENS FREE merupakan gagasan dr. Oei Hong Djien (OHD), yang diolah, dikembangkan dan direalisasikan bersama Wahyudin. Proses kuratorialnya agak berbeda dengan biasanya. Pada umumnya sang penyelenggara dan kurator memilih seniman-senimannya, mengundang mereka dan membicarakan tema yang diinginkan penyelenggara dan kurator. Kali ini OHD dan Wahyudin turba atau blusukan ke studio seniman-seniman untuk mencari karya yang cocok dengan tema pameran dan memenuhi standar kualitas yang diinginkan.
Bila ketemu karya yang memenuhi syarat baru diceritakan tentang gagasan pameran. Dalam hal mengunjungi studio seniman OHD dan Wahyudin sering ditemani seorang seniman terkenal Rudi Mantofani yang juga berpartisipasi dalam pameran ini. Dengan demikian terakomodasi aspirasi seniman, kurator, kolektor dan penulis dalam pemilihan karya. Pameran ini adalah lintas generasi dari Affandi sampai Pupuk Daru Purnomo hingga Erizal As dan melibatkan 50 seniman dengan 58 karya.
Karya dari seniman-seniman muda dan senior yang terpilih yaitu Anusopati, Ichwan Noor, Awan Simatupang, Kwee Ing Tjiong, Sidik Martowidjojo, Pupuk Daru Purnomo, Jumaldi Alfi , Handiwirman Saputra, Yunizar, Rudi Mantofani, Yusra Martunus, Dipo Andy, Zulkarnaeni, Gusmen Heriadi, Dedy Sufriadi, AT. Sitompul, Erizal As, Riduan, Dadang Rukmana, Wimo Ambala Bayang, Gregorius Djoko Susilo yang dipinjam OHD Museum dari seniannya, digabung dengan karya dari seniman-seniman yang sudah almarhum seperti Affandi, S.Sudjojono, Hendra Gunawan, Widayat, Soedibio, A. Sadali, Popo Iskandar, Kartono Yudhokusumo, Nashar, Trisno Sumardjo, Fadjar Sidik, Handrio, Oesman Effendi, Zaini, Tatang Ganar, Anton Kustia Widjaja dan seniman tua-muda yang masih aktif seperti Srihadi Soedarsono, A.D. Pirous, Sunaryo, Edi Sunaryo, Agus Kamal, Lucia Hartini, Nasirun, Ugo Untoro, M. Irfan, dari koleksi OHD Museum. Ditambah 2 karya ekspatriat yaitu Walter van Oel dari koleksi OHD dan Peter Dittmar yang dipinjam dari pelukisnya.
Karya-karya tersebut ditempatkan tanpa melihat umur seniman namun mempertimbangkan adanya persamaan dalam unsur-unsur karya misalnya gaya, garis, warna, komposisi, cerita, dsb. Pada akhirnya yang akan terpilih adalah karya dengan subject matter alam, dunia binatang, bangunan kosong, alam benda dan karya abstrak.
Untuk meniadakan unsur “kemanusiaan” dalam sebuah karya seni sebenarnya merupakan suatu kemustahilan karena karya seni dibuat oleh manusia dan jiwa senimannya tercermin dari karyanya. Yang dipikirkan dalam pameran ini adalah menciptakan antithesa dari pameran sebelumnya. Apakah pameran karya tanpa manusia secara emosional bisa menyamai yang bermanusia? Mungkin tak ada pengaruhnya dan kualitas karyalah yang menentukan menarik tidaknya suatu pameran.
OHD Museum is a modern and contemporary art museum owned by dr Oei Hong Djien (OHD). As a well-known art collector, curator, honorary-advisor to Singapore Art Museum, dr Oei Hong Djien started his collections in early 1970s.
Currently, with a vast collection of more than 2000 artworks, ranging from paintings, sculptures, installations and ceramics from different time periods, OHD Museum is located on Jalan Jenggolo 14, in the city of Magelang Central Java – Indonesia.